Sejarah Monumen Puputan Klungkung

 

SEJARAH BERDIRINYA MONUMEN PUPUTAN KLUNGKUNG

Kadek Suma Yanti

Program Studi Pendidikan Sejarah

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

 Universitas Mahasaraswati Denpasar

sumayanti2720@gmail.com

 


KERAJAAN KLUNGKUNG

Pada zaman kerajaan Bali, Klungkung menjadi pusat pemerintahan raja-raja Bali. Ida I Dewa Agung Jambe adalah pendiri Kerajaan Klungkung tahun 1686 yang merupakan penerus dari Dinasti Gelgel. Kerajaan Gelgel pada waktu itu merupakan pusat kerajaan di Bali pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong. Pada tahun 1650, terjadi pemberontakan oleh seorang Perdana Mentri Kerajaan bernama I Gusti Agung Maruti yang menyebabkan runtuhnya Kerajaan Gelgel yang pada masa itu dipimpin oleh Dalem Dimade.

Salah seorang putra Dalem Dimade, yakni Ida I Dewa Agung Jambe berhasil merebut kembali Kerajaan Gelgel, dan sejak saat itu Gelgel tidak lagi menjadi tempat kerajaan. Di daerah utara Gelgel, yang dinamai Klungkung, disitulah kemudian Ida I Dewa Agung Jambe mendirikan istana tempat tinggal yang dinamai Semarapura atau Semarajaya. Sejak saat itu gelar “Dalem” tidak lagi dipergunakan bagi raja-raja yang memerintah di Kerajaan Klungkung. Gelar yang disandang secara turun-temurun oleh raja-raja Klungkung disebut “Dewa Agung”.

 

 

 

 

Pada masa pemerintahan raja Klungkung terakhir yaitu Ida I Dewa Agung Jambe, terjadi suatu peristiwa yang menggemparkan pada tanggal 28 April 1908 di Kerajaan Klungkung. Serdadu Belanda dibawah komando Jenderal M.B.Rost Van Tonningen telah melakukan serangan terhadap Kerajaan Klungkung. Raja Klungkung dan para Bahudanda(pembesar kerajaan) serta rakyat Klungkung berupaya untuk melakukan perlawanan terhadap pasukan koloni Belanda. Namun perlawanan rakyat Klungkung mengalami kekalahan, Raja dan rakyat Klungkung gugur di medan perang. Kejadian ini kita kenal sebagai “Perang Puputan Klungkung”.

 

Monumen Puputan Klungkung merupakan salah satu bangunan bersejarah yang ada di kota Semarapura, Klungkung. Letak Monumen Puputan Klungkung sangat strategis karena berada di pusat kota, selain itu Monumen Puputan Klungkung juga berhadapan langsung dengan Balai Kertagosa dan Catus Pata atau Arca Kanda Pat Sari serta bersebelahan dengan Puri Agung Klungkung. Karena letaknya yang sangat strategis, maka Monumen Puputan Klungkung ini disebut sebagai jantung kota Semarapura. Monumen ini dibangun sebagai pengingat bahwa pada 28 April 1908 telah terjadi perang puputan, perang yang dilakukan oleh Raja Klungkung Ida I Dewa Agung Jambe bersama rakyat Klungkung melawan penjajahan oleh pasukan kolonial Belanda.

Bangunan Monumen Puputan Klungkung ini mengambil bentuk Lingga-Yoni, seluruhnya terbuat dari susunan batu hitam setinggi 28m, dengan kubah bersegi delapan berhias padma 19buah diantara ruang bawah dan lingga, seluruhnya melambangkan 28 April 1908 yaitu tanggal terjadinya peristiwa Perang Klungkung. Didalam monument terdapat banyak lukisan-lukisan yang melambangkan bagaimana peristiwa Perang Klungkung pada masa itu terjadi, serta terdapat beberapa patung yang melambangkan tokoh-tokoh pada Kerajaan Klungkung.

Dapat dikatakan Monumen Puputan Klungkung ini menjadi saksi bahwa kekalahan fisik dengan pengorbanan jiwa raga dapat menjadi inspirasi, meskipun secara strategi militer merupakan suatu kekalahan bagi kedua pihak, baik pasukan Klungkung maupun pasukan Belanda. Peresmian Monumen Puputan Klungkung ini dilaksanakan pada 28 April 1992 oleh Menteri Dalam Negeri RI pada saat itu.

 

 

 

 

 

 


Gambar: Observasi ke Monumen Klungkung

 

 

 

 

 

Berikut beberapa ilustrasi dari peristiwa Perang Klungkung, yaitu:

 

 

 

 

   Gambar: Istana Kerajaan Klungkung                            Gambar: ilustrasi Perang Klungkung

 

 

 

 

 


  Gambar: Gugurnya pasukan Klungkung

 

Sumber Gambar: https://www.balitoursclub.net/kerajaan-klungkung/

 

Komentar