Sejarah Monumen Puputan Klungkung
SEJARAH
BERDIRINYA MONUMEN PUPUTAN KLUNGKUNG
Kadek Suma Yanti
Program Studi Pendidikan Sejarah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Mahasaraswati Denpasar
![]() |
KERAJAAN KLUNGKUNG
Pada
zaman kerajaan Bali, Klungkung menjadi pusat pemerintahan raja-raja Bali. Ida I
Dewa Agung Jambe adalah pendiri Kerajaan Klungkung tahun 1686 yang merupakan
penerus dari Dinasti Gelgel. Kerajaan Gelgel pada waktu itu merupakan pusat kerajaan
di Bali pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong. Pada tahun 1650, terjadi
pemberontakan oleh seorang Perdana Mentri Kerajaan bernama I Gusti Agung Maruti
yang menyebabkan runtuhnya Kerajaan Gelgel yang pada masa itu dipimpin oleh
Dalem Dimade.
Salah seorang putra Dalem Dimade, yakni Ida I Dewa
Agung Jambe berhasil merebut kembali Kerajaan Gelgel, dan sejak saat itu Gelgel
tidak lagi menjadi tempat kerajaan. Di daerah utara Gelgel, yang dinamai
Klungkung, disitulah kemudian Ida I Dewa Agung Jambe mendirikan istana tempat
tinggal yang dinamai Semarapura atau Semarajaya. Sejak saat itu gelar “Dalem”
tidak lagi dipergunakan bagi raja-raja yang memerintah di Kerajaan Klungkung.
Gelar yang disandang secara turun-temurun oleh raja-raja Klungkung disebut
“Dewa Agung”.
Pada masa pemerintahan raja Klungkung terakhir yaitu
Ida I Dewa Agung Jambe, terjadi suatu peristiwa yang menggemparkan pada tanggal
28 April 1908 di Kerajaan Klungkung. Serdadu Belanda dibawah komando Jenderal
M.B.Rost Van Tonningen telah melakukan serangan terhadap Kerajaan Klungkung.
Raja Klungkung dan para Bahudanda(pembesar kerajaan) serta rakyat Klungkung
berupaya untuk melakukan perlawanan terhadap pasukan koloni Belanda. Namun
perlawanan rakyat Klungkung mengalami kekalahan, Raja dan rakyat Klungkung
gugur di medan perang. Kejadian ini kita kenal sebagai “Perang Puputan
Klungkung”.
Monumen
Puputan Klungkung merupakan salah satu bangunan bersejarah yang ada di kota
Semarapura, Klungkung. Letak Monumen Puputan Klungkung sangat strategis karena
berada di pusat kota, selain itu Monumen Puputan Klungkung juga berhadapan
langsung dengan Balai Kertagosa dan Catus Pata atau Arca Kanda Pat Sari serta
bersebelahan dengan Puri Agung Klungkung. Karena letaknya yang sangat
strategis, maka Monumen Puputan Klungkung ini disebut sebagai jantung kota
Semarapura. Monumen ini dibangun sebagai pengingat bahwa pada 28 April 1908
telah terjadi perang puputan, perang yang dilakukan oleh Raja Klungkung Ida I
Dewa Agung Jambe bersama rakyat Klungkung melawan penjajahan oleh pasukan
kolonial Belanda.
Bangunan Monumen Puputan Klungkung ini mengambil
bentuk Lingga-Yoni, seluruhnya terbuat dari susunan batu hitam setinggi 28m,
dengan kubah bersegi delapan berhias padma 19buah diantara ruang bawah dan
lingga, seluruhnya melambangkan 28 April 1908 yaitu tanggal terjadinya
peristiwa Perang Klungkung. Didalam monument terdapat banyak lukisan-lukisan
yang melambangkan bagaimana peristiwa Perang Klungkung pada masa itu terjadi,
serta terdapat beberapa patung yang melambangkan tokoh-tokoh pada Kerajaan
Klungkung.
Dapat dikatakan Monumen Puputan Klungkung ini menjadi
saksi bahwa kekalahan fisik dengan pengorbanan jiwa raga dapat menjadi
inspirasi, meskipun secara strategi militer merupakan suatu kekalahan bagi
kedua pihak, baik pasukan Klungkung maupun pasukan Belanda. Peresmian Monumen
Puputan Klungkung ini dilaksanakan pada 28 April 1992 oleh Menteri Dalam Negeri
RI pada saat itu.
![]() |
Gambar: Observasi ke Monumen Klungkung
Berikut beberapa
ilustrasi dari peristiwa Perang Klungkung, yaitu:
Gambar: Istana Kerajaan Klungkung Gambar: ilustrasi
Perang Klungkung
![]() |
Gambar: Gugurnya pasukan Klungkung
Sumber
Gambar: https://www.balitoursclub.net/kerajaan-klungkung/
Komentar
Posting Komentar